Riya’
berasal dari kata Ru’yah (melihat), orang yang Riya’ adalah mereka yang
menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang dilakukannya, dan orang
yang beramal kepada Allah ‘Azza Wajalla
tetapi juga diniatkan untuk selain Allah dan hari akhirat. Bahkan orang yang riya’ pun melaksanakan ibadah yang Allah perin-tahkan tapi bukan karena Allah. Penyakit ini timbul karena disebabkan beberapa hal:
1. Senang terhadap pujian dan sanjungan.
2. Menghindari akan celaan
3. Mengharapkan kedudukan di hati orang lain.
Tiga hal inilah yang memicu tumbuh suburnya penyakit ini dan menggerogoti jiwa manusia, menyerang sebelum, dan sesudah bahkan pada saat amalan tersebut dikerjakan. Dan telah disebutkan didalam Al-Quran dan Sunnah Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang celaan terhadap riya’ diantaranya firman Allah ‘Azza Wajalla yang artinya :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al-Maa’un : 4-6)
Macam-Macam Riya’
1. Riya’ yang berasal dari badan
Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang kurus dan pucat, serta memamerkan bekas sujud di wajah agar mereka bisa melihat bahwa dia ahli ibadah, atau dia memperlihatkan rambutnya yang acak-acakan, agar dia di-anggap terlalu sibuk dalam urusan agama sehingga merapikan rambut pun tidak sempat. Gambaran serupa ialah memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung dan bibir yang layu, agar orang-orang menganggap dirinya terus menerus berpuasa.
Sedangkan orang-orang yang tunduk pada dunia, mereka riya’ dengan memperlihatkan badannya yang gemuk, penampilan yang bersih, kegagahan, dan kecantikan wajah. Mereka itu semua disinyalir oleh Allah ‘Azza Wajalla
dalam Al-Quran dalam surat Al-Munafiqun ayat 4.
tetapi juga diniatkan untuk selain Allah dan hari akhirat. Bahkan orang yang riya’ pun melaksanakan ibadah yang Allah perin-tahkan tapi bukan karena Allah. Penyakit ini timbul karena disebabkan beberapa hal:
1. Senang terhadap pujian dan sanjungan.
2. Menghindari akan celaan
3. Mengharapkan kedudukan di hati orang lain.
Tiga hal inilah yang memicu tumbuh suburnya penyakit ini dan menggerogoti jiwa manusia, menyerang sebelum, dan sesudah bahkan pada saat amalan tersebut dikerjakan. Dan telah disebutkan didalam Al-Quran dan Sunnah Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang celaan terhadap riya’ diantaranya firman Allah ‘Azza Wajalla yang artinya :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al-Maa’un : 4-6)
Macam-Macam Riya’
1. Riya’ yang berasal dari badan
Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang kurus dan pucat, serta memamerkan bekas sujud di wajah agar mereka bisa melihat bahwa dia ahli ibadah, atau dia memperlihatkan rambutnya yang acak-acakan, agar dia di-anggap terlalu sibuk dalam urusan agama sehingga merapikan rambut pun tidak sempat. Gambaran serupa ialah memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung dan bibir yang layu, agar orang-orang menganggap dirinya terus menerus berpuasa.
Sedangkan orang-orang yang tunduk pada dunia, mereka riya’ dengan memperlihatkan badannya yang gemuk, penampilan yang bersih, kegagahan, dan kecantikan wajah. Mereka itu semua disinyalir oleh Allah ‘Azza Wajalla
dalam Al-Quran dalam surat Al-Munafiqun ayat 4.
2. Riya’ yang berasal dari Perhiasan/ Pakaian.
Menampakkan kezuhudannya dengan memakai pakaian yang kasar lagi tipis atau memakai pakaian yang lusuh/ tambalan. Memakai pakaian khusus biar manusia memberi predikat ulama. Gambaran yang lain (riya’nya ahli dunia) ialah memperlihatkan pakaian yang mahal, tempat tinggal dan perabot-perabot yang mewah.
3. Riya’ yang berasal dari Perkataan
Memperlihatkan kedalaman ilmunya agar bisa bercakap-cakap dengan para ulama, atau mempermainkan orang-orang bodoh serta sombong dan angkuh terhadapnya, begitu pula dengan merendahkan suara dan memperhalus tatkala membaca Al-Quran Sedang di hatinya tersimpan maksud agar dikira takut kepada Allah ‘Azza Wajalla
dan lain-lainnya. Sedangkan riya’nya para pemuja dunia , mereka pura-pura fasih dalam berbicara dan lain-lain.
4. Riya’ yang berasal dari Perbuatan
Menghiasi shalatnya dengan memanjangkan bacaan saat berdiri, memanjangkan ruku’ dan sujud, menampakkan kekhusyuan dan lain-lainnya. Begitu pula riya’ dalam puasa, haji, shadaqah dll. Dan bagi pemuja dunia mereka riya’ dengan menampakkan penampilan yang berlebih-lebihan .
5. Riya’ dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya
Dengan memamerkan kedatangan ulama, Syaikh atau ahli ibadah ke-rumahnya agar dikatakan, “Dia telah dikunjungi Fulan”, sehingga orang-orang datang ke rumahnya dan meminta barakah kepadanya atau dikatakan ia sudah banyak menimba ilmu dari mereka. Dan hal ini dilakukan untuk membanggakan diri, mencari ketenaran dan kedudukan di hati manusia.
Kata hasud
dalam bahasa Arab berarti orang yang memilki sifat dengki. Dengki adalah satu
sikap mental seseorang tidak senang orang lain mendapat kenikmatan hidup dan
berusaha untuk melenyapkannya, sifat ini harus dihindari oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Bahaya Perbuatan Hasud
Sifat hasud sangant membahayakan kehidupan manusia antara lain:
- menyebabkan hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu dapat hilang dari seseorang.
- Menghancurkan persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan mengadu domba dan suka menfitnah
- Menghancurkan kebaikan yang ada padanya. Rasulullah SAW bersabda:
2. Cara Menghindari Hasud
Cara menghindari hasud antara lain sebagai berikut:
- Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT
- Menyadari bahwa pemberiya’n dari Allah kepada manusia tidaklah sama, sesuai dengan kehendaknya
- Menyadari bahwa hasud dapat menghapuskan kebaikan.
Zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/
perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan
kata zalim adalah adil.
Kata zalim
berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam
al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy,
yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun
demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu,
tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk
di antaranya adalah syirik.
Kalimat
zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan,
suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran,
penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian
yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini
merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan
fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Al-Qur'an
Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, di
antaranya dalam beberapa surah sebagai berikut:
- Al Baqarah 165 dan Huud 101, orang-orang yang menyembah selain Allah.
- Al Maa-idah 47, karena menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain.
- Al Kahfi 35, zalim pada ayat ini sebuah sifat keangkuhan dan perbuatan kekafirannya.
- Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.
- Al 'Ankabuut 46, Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim pada ayat ini adalah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
Kezaliman
dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri (dosa dan maksiat) dan orang
lain (menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib
ditunaikan). Kezaliman itu ada tiga macamnya di antaranya adalah:
- Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.
- Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah.
- Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-hamba-Nya di antara sesama mereka, karena pasti dituntut pada Hari Akhir oleh mereka yang dizalimi.
0 komentar:
Posting Komentar